Satya Medica, Denpasar – Sejarah high heels dimulai dari Eropa Barat yang semakin berkembang dengan desain berbeda di Persia, Ottoman, Crimea tartar, Polandia, Ukraina dan India. High heels pada zaman itu disimbolkan sebagai bentuk kesejahteraan, gaya dan status yang superior. Dewasa ini high heels telah menjadi bagian dari gaya hidup terutama bagi wanita karir yang sering dianggap sebagai cara menambah kepercayaan diri. Namun, ada fakta di balik penggunaan high heels yang kian berkembang desain dan bahan yang digunakan. Berikut adalah fakta-fakta yang perlu dipahami wanita tentang high heels.
1. Meningkatkan nyeri berulang
Menurut American Osteopathic Association menyebutkan bahwa nyeri yang paling sering dan selalu dikeluhkan pengguna hak tinggi ini yaitu nyeri tumit yang membutuhkan pembiayaan jangka panjang. Bukan hal yang aneh bila pengguna high heels mengeluhkan nyeri punggung bawah, leher dan bahu karena bentuk sepatu telah mengganggu bentuk alami tubuhnya.
2. Mengubah bentuk kaki
Penggunaan high heels secara konsisten dalam kurun waktu dua hingga lima tahun terbukti dapat mengubah lengkungan kaki sehingga cenderung menjadi lebih rata. High heels menimbulkan penekanan pada dasar kaki lebih besar 40% sehingga sangat tidak disarankan bagi penderita radang sendi dan diabetes saat bekerja.
3. Mengubah postur
Studi membandingkan antara pengguna alas kaki flatshoes (hak 0 cm), ketinggian 4, 5 cm dan 8 cm menemukan bahwa semakin tinggi hak yang digunakan maka akan semakin kuat upaya tubuh untuk melawan kecenderungan jatuh. Tubuh akan beraksi melenturkan pergelangan kaki sehingga lutut juga harus bekerja lebih keras. Pusat gravitasi tubuh akan terganggu sehingga memaksa punggung untuk semakin melengkung.
4. Mengganggu keseimbangan
Penelitian yang membandingkan perbedaan keseimbangan dan efisiensi saat berjalan bagi pengguna high heels dengan ketinggian 3 cm, 6 cm dan 9 cm oleh Weon & Cha tahun 2018 menemukan bahwa semakin tinggi hak tinggi yang digunakan maka semakin rendah kemampuan keseimbangan dan efisiensi berjalan juga menurun. Hal ini terjadi karena penggunaan hak tinggi dapat mengganggu kontrol saraf dan otot.
Dampak tersebut di atas dapat dihindari apabila Anda sering melakukan peregangan pada sendi dan otot. Pembatasan durasi penggunaannya dan menurunkan ketinggian hak juga dapat mengurangi efek yang lebih merugikan.
___
Referensi :
- American Osteopathic Association. (2022). The Real Harm in High Heels . The Real Harm in High Heels. Retrieved August 7, 2022, from https://osteopathic.org/what-is-osteopathic-medicine/the-real-harm-in-high-heels/
- Bridger, R. (2019). A guide to active working in the modern office : homo sedens in the 21st century. United States of America: CRC Press.
- Jain, L. C., Zhao, X., & Balas, V. E. (2019). Information technology and intelligent transportation systems : proceedings of the 3rd International Conference on Information Technology and Intelligent Transportation Systems (ITITS 2018) Xi’an, China, September 15-16, 2018. Frontiers in Artificial Intelligence and Applications, 382.
- Kawamura, Y. (2016). Sneakers : fashion, gender, and subculture. United States of America: Bloomsbury Publishing.
- Weon, J. H., & Cha, H. G. (2018). The influence of high heeled shoes on balance ability and walking in healthywomen. Journal of Physical Therapy Science, 30(7), 910. Society of Physical Therapy Science. Retrieved August 7, 2022, from /pmc/articles/PMC6047962/