Kesehatan KeluargaKesehatan Seksual

Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual adalah kondisi yang membuat laki-laki atau perempuan tidak terpuaskan secara seksual. Disfungsi seksual dapat terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Meskipun demikian, kemungkinan munculnya disfungsi seksual lebih besar pada orang lanjut usia.

Ada berbagai jenis disfungsi seksual yang dapat terjadi pada laki-laki atau perempuan. Disfungsi seksual bisa berupa hilangnya hasrat untuk berhubungan seksual, bisa juga berupa ketidakmampuan merasakan rangsangan seksual meski ada hasrat untuk berhubungan seksual.

Pada jenis disfungsi seksual lainnya, seseorang memiliki hasrat berhubungan seksual dan dapat merasakan rangsangan seksual, tetapi tidak bisa mencapai klimaks (orgasme). Penderita disfungsi seksual juga dapat merasakan sakit atau nyeri selama berhubungan seksual.

Penyebab Disfungsi Seksual

Penyebab disfungsi seksual secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Disfungsi seksual yang terjadi akibat faktor fisik dapat disebabkan oleh berbagai penyakit berikut:

  • Gangguan hormon
  • Penyakit jantung
  • Diabetes
  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit saraf, seperti penyakit Parkinson dan multiple sclerosis
  • Cedera pada saraf, terutama saraf yang mengatur ereksi
  • Efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat antidepresan

Baik pada pria maupun wanita, gangguan hormon dapat mengakibatkan disfungsi seksual. Sebagai contoh penurunan kadar hormon estrogen saat menopause dapat menurunkan hasrat seksual pada wanita. Sedangkan penurunan hormon testosteron pada pria juga dapat mengurangi hasrat untuk melakukan kegiatan seksual.

Bukan hanya gangguan fisik, disfungsi seksual juga dapat terjadi akibat gangguan psikologis, seperti:

  • Stres
  • Kecemasan
  • Kekhawatiran berlebihan akan performa seksualnya
  • Masalah dalam hubungan atau pernikahan
  • Depresi
  • Perasaan bersalah
  • Trauma masa lalu, termasuk pelecehan seksual

Disfungsi seksual juga berisiko lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki beberapa faktor berikut ini:

  • Kebiasaan merokok
  • Obesitas
  • Usia lanjut
  • Kecanduan alkohol
  • Pernah menjalani radioterapi pada daerah selangkangan
  • Penyalahgunakan NAPZA

Gejala Disfungsi Seksual

Gejala disfungsi seksual tergantung pada jenisnya. Selain itu, laki-laki dan perempuan bisa mengalami gejala yang berbeda. Berikut ini adalah gejala disfungsi seksual pada perempuan:

  • Hilang atau turunnya hasrat seksual
    Disfungsi seksual jenis ini merupakan yang paling umum diderita perempuan. Disfungsi seksual ini ditandai dengan hilangnya hasrat atau keinginan untuk berhubungan seksual.
  • Gangguan rangsangan seksual
    Penderita disfungsi seksual jenis ini masih memiliki hasrat berhubungan seksual. Namun, penderitanya sulit untuk terangsang atau mempertahankan rangsangan selama berhubungan seksual.
  • Muncul rasa nyeri
    Nyeri dapat muncul saat melakukan hubungan seksual. Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti vaginismus, vagina kering, dan otot vagina yang kaku.
  • Gangguan orgasme
    Perempuan yang menderita disfungsi seksual jenis ini akan mengalami kesulitan mencapai orgasme meski rangsangan dan stimulasi dilakukan terus menerus.

Seperti pada perempuan, gejala disfungsi seksual pada laki-laki juga tergantung pada jenisnya, antara lain:

  • Hilangnya hasrat seksual
    Laki-laki yang menderita disfungsi seksual jenis ini merasakan kehilangan atau turunnya hasrat untuk berhubungan seksual.
  • Disfungsi ereksi
    Disfungsi ereksi atau impotensi akan mengakibatkan laki-laki sulit untuk menjaga penisnya tetap ereksi saat berhubungan seksual.
  • Gangguan ejakulasi
    Kondisi ini menyebabkan laki-laki mengalami ejakulasi terlalu cepat (ejakulasi dini) atau justru terlalu lama saat berhubungan seksual.

Kapan harus ke dokter

Gangguan pada saat hubungan seksual merupakan hal yang normal jika hanya terjadi sesekali. Namun, jika terjadi berulang kali, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Perlu diketahui, pada saat konsultasi, dokter dapat berbincang dengan pasien dan pasangan pasien.

Diabetes merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami disfungsi seksual. Oleh karena itu, penderita diabetes perlu rutin kontrol ke dokter untuk mencegah komplikasi, salah satunya disfungsi seksual.

Disfungsi seksual juga rentan terjadi pada pengguna NAPZA. Oleh karena itu, jauhi NAPZA dan segera datangi fasilitas rehabilitasi bila sudah ketergantungan.

Diagnosis Disfungsi Seksual

Diagnosis disfungsi seksual dimulai dengan menanyakan aktivitas seksual pasien secara menyeluruh. Dokter juga akan menanyakan aktivitas serta riwayat penyakit pasien, termasuk kemungkinan adanya kejadian atau trauma di masa lalu.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk perubahan fisik yang dapat memengaruhi aktivitas seksual. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa organ kelamin pasien.

Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa tes berikut untuk mengetahui penyebab disfungsi seksual:

  • Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon dan kadar gula dalam darah
  • USG, untuk memeriksa aliran darah di sekitar organ kelamin
  • Tes nocturnal penile tumescence (NPT), untuk memantau ereksi saat pasien tidur di malam hari dengan menggunakan alat khusus

Pengobatan Disfungsi Seksual

Diagnosis dan penanganan disfungsi seksual memerlukan kerjasama dari beberapa ahli, seperti dokter spesialis urologi, dokter endokrin, dokter kandungan, dokter andrologi, dokter saraf, psikiater, serta terapis seksual. Tujuannya adalah agar pasien mendapatkan diagnosis dan pilihan pengobatan yang tepat.

Pengobatan disfungsi seksual bertujuan untuk mengatasi masalah yang menyebabkan disfungsi seksual. Oleh karena itu, pengobatannya akan disesuaikan dengan masing-masing penyebab tersebut.

Berikut adalah metode pengobatan disfungsi seksual:

Konsumsi ‘obat kuat’

Banyak orang mengonsumsi ‘obat kuat’ atau pil biru untuk mengatasi disfungsi seksual. Obat tersebut memang dapat meningkatkan performa saat berhubungan seksual, tetapi dapat menimbulkan efek samping berupa sakit kepala hingga gangguan penglihatan.

Konsumsi ‘obat kuat’ maupun obat perangsang hanya boleh dilakukan atas persetujuan dokter, karena dapat menimbulkan gangguan kerja organ jantung, terutama pada penderita yang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya.

Psikoterapi

Terapi psikologi dilakukan oleh psikolog atau psikiater untuk membantu seseorang mengatasi gangguan psikologi yang menyebabkan disfungsi seksual. Contohnya adalah terapi untuk mengatasi kecemasan, rasa takut, atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi seksual pasien.

Selain itu, dokter atau psikolog akan memberikan pemahaman kepada pasien tentang seks dan tingkah laku seksual. Pemahaman tentang hubungan seksual perlu dimiliki pasien agar kegelisahan tentang kemampuan seksualnya dapat teratasi.

Sesi terapi juga dapat dilakukan bersama dengan pasangan untuk mengetahui tentang kebutuhan dan kegelisahan masing-masing. Dengan begitu, hambatan dalam aktivitas seksual dapat teratasi.

Pengobatan untuk mengatasi gangguan hormon

Bagi wanita dengan kadar estrogen rendah, terapi pengganti hormon estrogen dapat diberikan. Tujuannya adalah untuk membantu elastisitas vagina dengan meningkatkan aliran darah dan pelumas pada vagina. Terapi ini dapat diberikan dalam bentuk cincin vagina, krim, atau tablet.

Sedangkan bagi pria dengan kadar testosteron rendah, dokter dapat memberikan terapi hormon testosteron untuk meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh.

Pengobatan untuk menangani masalah fisik

Untuk menangani disfungsi seksual akibat suatu penyakit adalah dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Misalnya, penderita diabetes akan diberikan metformin atau insulin untuk mengontrol kadar gula dalam darah.

Perubahan gaya hidup

Untuk mengatasi disfungsi seksual, pasien juga perlu menerapkan pola hidup yang sehat, seperti berolahraga rutin, berhenti merokok, dan berhenti mengonsumsi minuman beralkohol. Kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas aktivitas seksual.

Beberapa alat bantu, seperti alat pompa (vakum) dan vibrator, dapat membantu wanita atau pria dalam mengatasi masalah seksual. Selain itu, operasi implan penis juga dapat dipertimbangkan untuk membantu pria mengatasi gangguan ereksi.

Komplikasi Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual dapat menyebabkan penderitanya mengalami komplikasi, terutama pada kondisi psikologisnya. Penderita disfungsi seksual dapat mengalami beberapa kondisi berikut:

  • Ketidakpuasan pada aktivitas seksualnya
  • Permasalahan dengan pasangan hingga perceraian
  • Stres, cemas, dan merasa rendah diri

Pencegahan Disfungsi Seksual

Untuk mencegah disfungsi seksual, Anda dapat mengubah perilaku dan gaya hidup menjadi lebih sehat, yaitu dengan:

  • Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Menjaga berat badan tetap ideal
  • Mengelola stres dan rasa cemas dengan baik
  • Menjalani rehabilitasi untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba

Perlu diketahui, disfungsi seksual juga merupakan salah satu bagian dari proses penuaan sehingga terkadang sulit untuk dihindari.

_____

Referensi :
Tarukallo, N., & Rasyid, H. (2020). Anti-Hypertensive Drugs and Sexual Dysfunction in Men. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13(1), pp. 1–11.
Saraswati, L., et al. (2019). Sexual Dysfunction among Women with Diabetes in a Primary Health Care at Semarang, Central Java Province, Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 14(2), pp. 95–102.
American Academy of Family Physicians (2019). Sexual Dysfunction in Men and Women.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Erectile Dysfunction.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Female Sexual Dysfunction.
Pietrangelo, A. Healthline (2017). What is Sexual Dysfunction?
Pathak, N. WebMD (2021). Sexual Problem in Men.