“Vitamin D disebut-sebut bisa mencegah gejala COVID-19 yang parah, termasuk varian Omicron. Studi terbaru mencoba membuktikan dampak kekurangan vitamin D terhadap keparahan infeksi, meski sebenarnya hal ini masih jadi perdebatan di kalangan ahli.”
Peran vitamin D dalam peningkatan kekebalan tubuh dan pencegahan COVID-19 telah lama diperbincangkan. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa vitamin ini bisa cegah gejala Omicron parah.
Apa yang membuat vitamin D bisa menurunkan risiko gejala yang parah akibat infeksi Omicron atau COVID-19? Berikut pembahasannya!
Benarkah Vitamin D Bisa Cegah Gejala Omicron Parah?
Studi skala kecil, yang diselenggarakan oleh para peneliti di Israel, baru-baru ini diterbitkan di jurnal PLOS ONE. Dari 253 orang yang dirawat di rumah sakit (sebelum vaksin tersedia), para peneliti menemukan bahwa pasien yang kekurangan vitamin D lebih mungkin mengembangkan gejala COVID-19 yang parah atau kritis.
Hal ini jika dibandingkan dengan pasien yang memiliki kadar vitamin D yang cukup dalam sampel darah yang diambil pada saat rawat inap. Sekitar setengah dari pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini kekurangan vitamin ini.
Lebih lanjut, studi ini juga menemukan bahwa orang yang kekurangan vitamin D 14 kali lebih mungkin mengalami komplikasi COVID-19 yang parah. Termasuk kesulitan bernapas, syok septik, atau disfungsi organ multipel.
Mereka yang kekurangan vitamin D juga secara signifikan lebih mungkin meninggal karena infeksi. Tingkat kematian ada di angka 25,6 persen, lebih tinggi, dibanding mereka yang tidak kekurangan vitamin ini, yaitu hanya 2,3 persen.
Meski begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan apakah kadar vitamin ini akan menjadi indikator seberapa parah gejala yang akan dialami seseorang yang terkena dampak COVID-19.
Masih Jadi Perdebatan
Soal vitamin D dan infeksi COVID-19 bukan pertama kalinya diperbincangkan oleh para ahli. Penelitian yang bertentangan justru menunjukkan bahwa kadar vitamin ini yang rendah tidak memperburuk risiko atau kematian akibat COVID-19.
Misalnya sebuah studi yang diterbitkan di Nutrition Journal, menyimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat keparahan COVID-19 dan kadar vitamin D.
Selain itu, pracetak sebuah studi dari Universitas Sao Paulo di Brazil juga menunjukkan hal serupa. Bahwa suplemen vitamin ini yang diberikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit juga tidak memberikan manfaat pemulihan apa pun.
Bisakah Vitamin Ini Mencegah COVID-19?
Meski korelasi antara vitamin D dan keparahan gejala COVID-19 dan Omicron masih belum jelas, bukan berarti vitamin ini tidak penting. Ada alasan teoretis di balik mengapa sistem kekebalan dapat terpengaruh jika seseorang tidak cukup mendapatkan vitamin ini yang cukup.
Pakar nutrisi telah lama menetapkan bahwa vitamin ini sangat penting untuk kesehatan tulang yang optimal (karena membantu menyerap kalsium). Selain itu, vitamin ini juga membantu fungsi otot dan menunjang beberapa fungsi tubuh utama lainnya.
Namun, vitamin D saja tidak cukup untuk mencegah gejala berat Omicron atau varian COVID-19 lainnya. Sebab, ada banyak faktor lain yang juga bisa memengaruhi.
Misalnya riwayat kesehatan yang dimiliki sebelumnya (ada komorbid atau tidak), dan sudah mendapatkan vaksinasi atau belum.
Vitamin ini saja juga tidak bisa diandalkan untuk mencegah COVID-19. Kamu tetap harus menjalani protokol kesehatan lainnya, seperti memakai masker, rutin mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta mendapatkan vaksinasi.
Perlu tidaknya mengonsumsi suplemen vitamin D tambahan adalah hal yang harus didiskusikan dengan dokter. Seseorang mungkin perlu mengonsumsi suplemen jika diduga kekurangan nutrisi penting ini.
Beberapa kondisi yang disarankan untuk mendapat suplementasi tambahan adalah:
- Dewasa di atas usia 65 tahun.
- Orang dengan obesitas klinis.
- Orang yang didiagnosis dengan penyakit hati, penyakit Celiac, cystic fibrosis dan/atau penyakit Crohn atau kolitis ulserativa.
- Orang yang jarang terpapar sinar matahari.
- Orang yang menjalani pola makan berbasis nabati.
Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa kadar vitamin D dalam tubuh. Selain itu, juga dapat membantu menentukan suplemen mana yang paling cocok dengan dosis yang sesuai.
Referensi:
- PLOS ONE. Diakses pada 2022. Pre-infection 25-hydroxyvitamin D3 levels and association with severity of COVID-19 illness.
- Nutrition Journal. Diakses pada 2022. Low vitamin D levels do not aggravate COVID-19 risk or death, and vitamin D supplementation does not improve outcomes in hospitalized patients with COVID-19: a meta-analysis and GRADE assessment of cohort studies and RCTs.
- MedRxiv. Diakses pada 2022. Effect of Vitamin D3 Supplementation vs Placebo on Hospital Length of Stay in Patients with Severe COVID-19: A Multicenter, Double-blind, Randomized Controlled Trial.
- Good Housekeeping. Diakses pada 2022. Vitamin D Could Play a Role in Avoiding Severe Omicron Symptoms, According to New Research.